Menurut laporan Administrasi Informasi Energi AS (EIA), ekspor etanol bahan bakar dari Amerika Serikat menuju rekor tertinggi pada 2024. Kenaikan ekspor ini didorong oleh permintaan dari negara-negara yang memiliki mandat pencampuran bahan bakar nabati dan harga etanol AS yang lebih murah dibandingkan harga di pasar internasional.
Selama delapan bulan pertama 2024, rata-rata ekspor etanol bahan bakar AS mencapai 121.000 barel per hari (b/d), angka tertinggi untuk periode yang sama sepanjang sejarah. Sepanjang tahun ini, ekspor etanol AS konsisten berada di atas 100.000 b/d setiap bulan. Sebagai perbandingan, antara tahun 2019 hingga 2023, ekspor bulanan di atas 100.000 b/d hanya terjadi kurang dari seperempat dari total bulan.
Dalam lima tahun terakhir (2019-2023), rata-rata ekspor etanol AS berkisar antara 80.000 b/d hingga 100.000 b/d. Hanya pada 2018 ekspor tahunan melebihi 100.000 b/d dengan rata-rata 112.000 b/d, yang sebagian besar disebabkan oleh tingginya ekspor ke Brasil. Namun, sejak 2018, ekspor etanol ke Brasil menurun akibat tarif impor dan peningkatan produksi etanol domestik di Brasil.
Pertumbuhan ekspor etanol AS ke negara-negara seperti Kanada, Kolombia, India, dan Inggris berkontribusi lebih dari 60% terhadap peningkatan total ekspor dari 2023 hingga 2024. Di luar itu, peningkatan kecil dalam ekspor juga terjadi ke beberapa negara lain. Hingga Agustus 2024, ekspor ke 30 negara telah melampaui volume ekspor tahun 2023, dan ekspor ke 21 negara bahkan sudah melebihi total volume ekspor sepanjang tahun 2023.
India menjadi salah satu importir terbesar etanol AS meski negara ini memiliki aturan ketat dalam Program Pencampuran Etanol (EBP), yang melarang penggunaan etanol impor untuk target pencampuran bahan bakar. Meski demikian, India menggunakan etanol impor untuk keperluan industri, sehingga produksi etanol domestik dapat dialokasikan ke sektor transportasi untuk memenuhi target EBP. Selain itu, penurunan produksi tebu dan beras membuat India semakin bergantung pada impor etanol AS untuk memenuhi kebutuhan industri.
Peningkatan ekspor etanol AS juga terlihat di Inggris, yang kini menjadi tujuan kedua terbesar untuk ekspor etanol AS sejak 2023. Konsumsi etanol di Inggris meningkat sejak pemerintahnya menerapkan standar E10 pada September 2021. Standar ini mewajibkan pencampuran 10% etanol dalam bahan bakar, membantu Inggris mencapai target energi terbarukan dalam Program Kewajiban Bahan Bakar Transportasi Terbarukan.
Kanada tetap menjadi negara tujuan ekspor terbesar untuk etanol AS. Kanada sangat bergantung pada etanol AS untuk memenuhi kebutuhan domestiknya, terutama seiring dengan penerapan mandat pencampuran bahan bakar yang semakin ketat di beberapa provinsi. Permintaan yang terus meningkat di Kanada menegaskan posisinya sebagai mitra utama AS dalam ekspor etanol.
Kolombia menjadi destinasi terbesar keempat bagi etanol AS. Pada 2024, peningkatan ekspor ke Kolombia dipengaruhi oleh penerapan kembali mandat E10 dan penurunan produksi etanol domestik. Selain Kolombia, ekspor etanol AS ke Brasil, Filipina, dan Singapura juga mengalami peningkatan yang signifikan, meskipun skala ekspor ke negara-negara ini masih lebih kecil.
Lonjakan ekspor etanol AS di 2024 mencerminkan tingginya permintaan global dan daya saing harga. Amerika Serikat berhasil memenuhi kebutuhan negara-negara yang menjalankan mandat pencampuran bahan bakar nabati dan memperluas pasar ekspornya ke berbagai negara. Permintaan dari negara seperti India, Inggris, Kanada, dan Kolombia menunjukkan potensi besar bagi pasar ekspor etanol AS ke depan.